Eks Marinir AS Tolak Gerakan Kartu Khusus Muslim

Tayyib Rashid
Sumber :
  • International Business Times
VIVA.co.id
50 Ahli Keamanan AS Tolak Pilih Trump
- Mantan marinir Amerika Serikat, Tayyib Rashid, baru-baru ini menjadi perbincangan di dunia maya, karena menentang keras ide kartu identitas khusus untuk umat Muslim. Ide tersebut diutarakan oleh bakal calon dari Partai Republik, Donald Trump, ketika diwawancarai oleh
YahooNews
Hollande Sebut Trump Memuakkan

Donald Trump Stres Dengar Tangis Bayi Saat Pidato
Dikutip dari stasiun berita BBC, Selasa, 24 November 2015, Trump tidak menolak soal adanya kemungkinan untuk pembuatan kartu identitas Muslim atau mendata setiap umat Muslim. 

"Kita harus memperhatikan masjid. Kita harus memperhatikannya dengan sangat, sangat cermat," ujar Trump ketika itu. 

Rashid kemudian memotret kartu identitas militernya dan mengunggahnya di Twitter sebagai bentuk protes dan sindiran kepada Trump. 

"Saya seorang warga Muslim Amerika dan saya telah memiliki identitas khusus. Mana identitas khusus Anda?"
Langkah itu kemudian diikuti oleh pengguna akun Twitter lainnya yang juga mengunggah kartu identitas dengan menggunakan tagar #MuslimID. Tagar itu digunakan lebih dari 10 ribu kali dalam tiga hari terakhir.

"Saya pikir, mungkin foto itu hanya dapat beberapa tombol suka. Saya tidak percaya hal tersebut menyebar luas," kata Rashid. 

Berbagai kalangan, mulai dari petugas polisi, pengacara dan dokter termasuk orang yang ikut mengunggah kartu identitas mereka. Rashid diketahui bagian dari komunitas Ahmadiyah yang sering mendapat tindak kekerasan di Pakistan. Dia pindah ke Negeri Abang Sam dengan keluarganya ketika berusia 10 tahun. 

Kepada BBC Trending, dia mengatakan senang pesannya diperhatikan oleh banyak orang. 

"Saya bangga menjadi Muslim Amerika dan bagi saya tidak ada konflik di antara keduanya," kata dia. 

Laman International Business Times (IBT) melansir kekesalan Rashid atas pernyataan Trump dalam wawancara itu. Sebab, Trump mencoba untuk memecah belah antara kelompok Muslim yang tengah bertugas sebagai anggota militer di AS dan mereka yang bukan Muslim. 

"Saya perlu menjelaskan hal tersebut, khususnya karena Trump tidak pernah bertugas sebagai anggota militer," kata Rashid. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya