Rusia Cabut Bebas Visa Bagi Warga Turki

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Sumber :
  • REUTERS/Murad Sezer
VIVA.co.id
Erdogan Ke Kremlin, Buka Hubungan Baru dengan Rusia
- Pemerintah Rusia terus memberikan pembalasan bagi Turki, usai jet tempur Sukhoi ditembak jatuh pada Selasa kemarin. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Jumat kemarin mengumumkan Negeri Beruang Merah akan mencabut fasilitas bebas visa yang semula diberikan bagi warga Turki. 

Erdogan Mengaku Tak Sabar Bertemu Putin
Harian Singapura, Straits Times, Jumat, 27 November 2015 melansir, kebijakan itu akan berlaku pada 1 Januari 2016. Rusia mengatakan kebijakan tersebut didasari bukan karena ingin balas dendam karena jetnya ditembak jatuh, tetapi untuk menjaga keamanan dalam negeri. 

Erdogan Mau ke Moskow, Ingin Berbaikan Lagi dengan Rusia
"Sebuah keputusan telah dibuat untuk menghentikan kebijakan bebas visa dengan Turki. Ancaman berasal dari negara ini benar-benar nyata," ujar Lavrov yang beralasan banyak pejuang asing yang melewati Turki melalui semua jalur. 

Dia menambahkan, cukup khawatir dengan meningkatnya ancaman teroris di Turki. 

"Ini secara langsung terkait dengan keselamatan Rusia dan warga kami," Lavrov menambahkan. 

Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin telah memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Turki. Padahal, pantainya yang murah dan indah menjadi salah satu alasan banyak warga Rusia yang melancong ke sana. 

Sementara, bagi warga Rusia yang masih berada di Turki, diminta untuk kembali ke Moskow. Lalu, bagaimana dampaknya terhadap kebijakan ekonomi Rusia jika kebijakan bebas visa dicabut?

Juru bicara Badan Pariwisata Rusia mengatakan kebijakan itu tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap perekonomian Rusia. 

"Jumlah warga Turki yang berkunjung ke Rusia mencapai 69 ribu. Sebanyak 31 ribu di antaranya tiba di Rusia untuk kepentingan bisnis, sedangkan sisanya datang untuk kepentingan pribadi atau tujuan lain. Dengan kata lain, jalur masuk dari Turki tidak begitu berpengaruh, sehingga tak akan berdampak ke ekonomi Rusia," ujar jubir tersebut seperti dikutip laman Sputniknews

Justru menurut Kepala Badan Pemerintah untuk Pariwisata, Oleg Safonov, Turki lah yang akan rugi. Sebab, total 10 miliar Rouble atau setara Rp2 triliun dibelanjakan warga Rusia saat tengah melancong di Turki. 

"Kini, Turki tidak akan bisa meraup dana ini. Dana tersebut akan tetap berada di Rusia dan akan digunakan untuk memfasilitasi pembangunan pariwisata internal," kata Safonov. 

Berdasarkan data badan pariwisata pemerintah, per tanggal 26 November masih ada lebih dari 9.900 warga Rusia di Turki. 

"Nantinya, per tanggal 26 Desember 2015, sudah tidak ada lagi warga Rusia yang masih tinggal di Turki," kata badan itu. 

Perdana Menteri Dmitry Medvedev pada Kamis kemarin telah meminta kepada para Menteri waktu dua hari untuk merealisasikan rencana meninjau kembali kerja sama dengan perusahaan asal Turki. Sebelumnya, Rusia sudah memperketat pemeriksaan impor makanan dari Turki. Alasannya, mereka telah melanggar standar keamanan makanan. 

Menteri Ekonomi, Alexei Ulyukayev, mengatakan bisa saja balasan lain menimpa dua proyek besar yang kini tengah dilakukan bersama Turki. Proyek besar yang dimaksud yaitu pembangunan jalur pipa gas TurkStream dan pembangunan tenaga listrik nuklir, Akkuyu. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya