- Reuters/Jason Reed
VIVA.co.id - Kementerian Luar Negeri Indonesia menyampaikan fokusnya terhadap sejumlah permasalahan internasional termasuk konflik di wilayah Laut China Selatan dan terorisme.
"Hingga saat ini, ekstremisme, terorisme, dan radikalisme masih banyak ditemukan. Sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar, Indonesia akan terus menjadi penggerak utama dalam menebarkan nilai-nilai Islam yang sebenarnya. Indonesia juga akan terus menjadi penggerak utama bagi penerapan nilai toleransi demokrasi di dunia," ujar Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Kamis, 7 Januari 2016 di gedung Kemlu RI, Jakarta.
Ia mengatakan, hingga saat ini, konflik di Timur Tengah masih berlangsung, yang menyebabkan terganggunya perdamaian dan stabilitas kawasan. Saat ini, ekstremisme dan radikalisme menjadi ancaman bersama di dunia.
"Bom Paris merupakan contoh tidak adanya negara yang bebas dari ancaman ini," kata Retno. Ia memaparkan, saat ini banyak WNA yang menjadi anggota ISIS.
Selain isu radikalisme, Indonesia akan terus memperhatikan permasalahan yang terjadi di wilayah Laut China Selatan. Ia menegaskan bahwa Indonesia terus mendorong semua pihak agar tidak melakukan hal-hal yang akan meningkatkan ketegangan.
"Perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan itu sangat penting. Kami terus mendorong agar seluruh pihak terkait tak melakukan kegiatan apa pun yang justru malah akan menambah ketegangan. Kami terus berupaya mendorong agar Code of Conduct (CoC) cepat selesai," ucapnya.
Selain itu, Indonesia, ujar Retno, akan lebih memperhatikan Samudera Hindia, mengingat lebih dari 50 persen perdagangan dunia yang melewati kawasan itu. Karena itu, Samudera Hindia harus dijadikan sebagai kawasan yang damai dan stabil.