Pemahaman Agama yang Salah Bisa Tingkatkan Jumlah Teroris

Ilustrasi ledakan bom di Turki.
Sumber :
  • REUTERS/Kemal Aslan

VIVA.co.id – Untuk mengatasi aksi terorisme yang belakangan ini menjadi musuh besar bagi masyarakat dunia, membutuhkan kerja sama dan peningkatan keamanan yang signifikan. Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengatakan, kedamaian dan keamanan di setiap negara merupakan tanggung jawab bersama.

Bantu Perangi Terorisme di Afrika, Adakah Niat Terselubung Amerika?

"Tujuan utama untuk menekan ancaman terorisme di berbagai negara merupakan kewajiban kita bersama. Kebersamaan masyarakat dunia demi menjaga kedamaian, saling menghargai dan belajar antarindividu sangat dibutuhkan. Pada dasarnya, semua orang berhak memperoleh kedamaian," ujar Dubes Moazzam, dalam diskusi Diplomatic Forum, di Jakarta Pusat, Selasa 15 Maret 2016.

Menurut Dubes Moazzam, peristiwa ledakan bom, baik yang terjadi di Thamrin dan Paris beberapa waktu lalu merupakan contoh radikalisme yang tidak bertanggung jawab dan merugikan banyak orang yang tidak memiliki kepentingan di dalamnya. Para pelaku yang dijadikan sebagai eksekutor dalam kejadian tersebut perlu diketahui motifnya.

Pemkab Tangerang Benarkan PNS Mereka Ditangkap Densus

Selain itu, pemahaman yang kurang mendalam dan salah memahami mengenai jihad dan pengetahuan agama bisa menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah pelaku teroris di Indonesia.

Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Indris mengatakan, saat ini jumlah teroris yang masih berkeliaran di 12 provinsi di Indonesia, terhitung sebanyak 538 orang. Sehingga, deradikalisasi perlu dilakukan, baik itu di dalam sel tahanan teroris, maupun di lapisan masyarakat yang terindikasi terdapat teroris di wilayahnya.

IDI Sukoharjo Minta Kasus Sunardi Tak Dikaitan dengan Profesi Dokter

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Hubungan Luar Negeri, KH. Muhyidin Junaedi mengatakan, menolak anggapan yang mengidentifikasi Islam dengan kekerasan dan radikalisme. Padahal, hal tersebut merupakan stigma yang salah.

"Islam adalah negara yang identik dengan kedamaian dan kooperatif. Sikap radikalisme tersebut timbul dari oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab," ujar Muhyidin.

Aksi terorisme yang terjadi lintas negara tersebut, memunculkan kebutuhan atas komitmen bersama dalam memerangi aksi ini. Berbagai negara pun menyatakan siap untuk bekerjasama dalam melawan terorisme.

Laporan : Dinia Adrianjara

(asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya