China Tahan 37 Pelaku Skandal Vaksin

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • www.bbc.co.uk

VIVA.co.id - Kepolisian Shandong, China, telah menahan 37 orang terkait dengan skandal vaksin dan saat ini tengah menyelidiki tiga perusahaan farmasi yang diduga terlibat.

Tiongkok Bangun Hanggar Pesawat di Laut China Selatan

Kasus ini melibatkan hampir US$90 juta vaksin ilegal untuk meningitis, rabies, dan penyakit lainnya, yang diduga dijual di puluhan provinsi di seluruh China sejak 2011.

Mengutip situs Channel News Asia, Rabu, 23 Maret 2016, Perdana Menteri China, Li Keqiang, mengatakan, insiden ini menunjukkan banyaknya celah pada regulasi. Dan dia memerintahkan pihak berwenang untuk investigasi menyeluruh.

Li juga mengatakan, pihak berwenang harus memperbaiki sistem regulasi, baik produksi dan distribusi vaksin. Ia menambahkan, pemerintah tidak akan mentoleransi pelanggaran, baik yang dilakukan regulator maupun industri, yang lalai dalam melaksanakan aturan.

Menurut laporan, penangkapan ke-37 pelaku ini dilakukan oleh Polisi Shandong, Provinsi China Timur, yang merupakan pusat skandal.

Salah satu dari tiga perusahaan yang diteliti, Shandong Zhaoxin Biotech Co., telah diperintahkan untuk menghentikan operasionalnya dan lisensinya telah dicabut. Oleh karena itu, Pengadilan China akan mengawasi langsung penyelesaian skandal vaksin ini.

Datang Sebagai Turis ke Jerman, Malah Dikira Imigran

Pada Selasa, regulator obat China mengidentifikasi sembilan grosir vaksin dari enam provinsi yang diduga mengajukan laporan palsu identitas pembeli. Departemen Keamanan Publik Shandong mengatakan, seorang ibu dan anak di Shandong telah terbukti secara ilegal membeli vaksin dari pedagang dan menjualnya ke ratusan pedagang eceran di seluruh China.

Skandal vaksin berada di urutan kedua terbesar dunia dalam pangsa pasar obat-obatan. Ini menjadi tantangan China dalam memutus mata rantai pasokan terfragmentasi.

Salah satu wilayah sengketa di Laut China Selatan.

Vietnam Kirim Peluncur Roket ke Laut China Selatan

"Kepulauan Spratly adalah hak sah kami untuk mempertahankannya".

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016