Indonesia-Filipina Bahas Sandera Abu Sayyaf Setiap Hari

Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nassir.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rebecca Reiffi Georgina

VIVA.co.id – Sudah hampir satu bulan 10 WNI menjadi sandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina. Hingga kini belum ada kejelasan soal pembebasan mereka.

Kaleidoskop 2021: Lonjakan COVID-19, KRI Nanggala hingga Herry Cabul

Meski belum tampak soal pembebasan, namun Kementerian Luar Negeri RI memastikan, pembicaraan intensif dengan Filipina terus dilakukan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nassir mengatakan, sejauh ini komunikasi Indonesia dan Filipina terkait sandera yang masih ditahan oleh kelompok Abu Sayyaf, dilakukan secara intensi, setiap hari.

"Tidak ada hambatan, komunikasi terus berjalan baik demi menyelamatkan sandera yang hingga kini masih ditahan. Semua perkembangan, langkah-langkah yang terjadi Indonesia mengetahuinya," ujar Jubir Kemlu yang biasa disapa Tata itu. Pernyataan tersebut disampaikan Tata saat press briefingKemlu  di Jakarta, Kamis, 28 April 2016.

Ternyata TNI Ikut Terlibat Selamatkan 4 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Menurut Arrmanatha, segala upaya terus dilakukan pemerintah tidak hanya melalui jalur resmi, tetapi melalui berbagai cara. Tata mengatakan, operasi militer yang sering terjadi di Fillipina, membuat keberadaan sandera sering berpindah.

"Informasi terus diberikan, sehingga selalu mendapatkan kabar terbaru terkait apa yang terjadi di sana," kata Arrmanatha. Ia juga mengatakan, patroli bersama  menjadi upaya yang akan ditempuh ketiga negara untuk menjaga keamanan kawasan, tetapi tidak menutup kemungkinan ada kerjasama konkrit lainnya.

Anggota DPR Respons Penyelamatan 3 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Salah satu bentuk kerja sama untuk keamanan kawasan adalah rencana pertemuan triateral Menlu dan Panglima TNI Indonesia, Malaysia dan Filipina, pada 5 Mei 2016 mendatang. Panglima TNI ketiga negara direncanakan akan menandatangani MOU mengenai kerjasama koordinasi keamanan maritim. Kesepakatan tersebut berisi rencana untuk melakukan patroli bersama di kawasan.

"Saat ini yang dipikirkan oleh ketiga negara adalah melakukan suatu patroli yang terkoordinasi sehingga mencegah hal yang tidak diinginkan. Jalur ini adalah jalur ekonomi yang sangat penting dalam transportasi perdagangan bagi ketiga negara. Jika ancaman terus maka akan menganggu aktivitas ekonomi," kata Arrmanatha.

Pertemuan petinggi negara ini adalah inisiatif Indonesia sebagai bentuk tanggungjawab dan kepemimpinan dalam kawasan ASEAN.

Laporan : Dinia Adrianjara

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya