Ini Strategi Yaman Pulih dari Bencana

Relawan Palang Merah Internasional sedang bertugas/Ilustrasi.
Sumber :
  • REUTERS/Mohamed al-Sayaghi

VIVA.co.id – Sidang Tahunan Islamic Development Bank (IDB) ke-41 mulai digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, pada hari ini, Minggu 15 Mei 2016. Sidang tahunan (annual meeting) ini direncanakan akan  berlangsung pada 15 hingga 19 Mei 2016 yang menghadirkan perwakilan dari 56 negara anggota IDB.

Bandar Al Hajjar Ditunjuk Jadi Presiden IDB

Dalam pertemuan tersebut, disampaikan berbagai pandangan dan paparan terkait kondisi dan permasalahan kemanusiaan, dan bagaimana meningkatkan ikatan negara anggota dan menimbulkan rasa yang berperikemanusiaan untuk saling membantu sesuai dengan prinsip Islam.

Gubernur IDB dari Yaman, Abdul Wahed Al Maitami memaparkan bagaimana proses bangkitnya Yaman setelah dua bencana besar yang menghantam negaranya pada 2011. Akibat kedua bencana tersebut, 60 persen masyarakat Yaman berada di bawah garis kemiskinan.

Menkeu Puja-puji Gojek di Depan Investor Negara Islam

Ia menjelaskan, bencana pertama adalah bencana kemanusiaan atau konflik. Kala itu, di Yaman terjadi perang sipil di Yaman yang berakibat  jatuhnya banyak korban dan rusaknya infrastruktur.

Pada saat berupaya untuk bangkit dari bencana konflik, Yaman pun terkena bencana kedua. Bak jatuh tertimpa tangga, dua kota di Yaman terkena bencana alam yang menelan banyak korban korban jiwa. Akibatnya, banyak korban dan banyak orang kehilangan rumahnya.

Presiden IDB Puji RI Berhasil Bertahan Saat Krisis Ekonomi

"Kita akui ini bukan pekerjaan yang mudah untuk memperbaiki, terutama di negara kerentanan seperti konflik dan kekerasan. Dari kedua bencana itu negara kami diidentifikasi sebagai negara yang ketersediaan airnya sangat kurang dan 60 persen masyarakat kami berada di bawah garis kemiskinan," ujar Wahed di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu 15 Mei 2016.

Menurutnya, pemerintah Yaman waktu itu membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk memulihkan kondisi negara seperti sedia kala. Pada saat itu, kata dia, dihabiskan dana yang mencapai US$10 miliar.

"Kami menghabiskan US$8 miliar-US$10 miliar untuk itu. Tujuan kami meskipun dalam keadaan konflik melakukan pembangunan supaya ketahanan dan pertahanan di negara kami tetap kuat, karena itu kami anggap ini mendesak (untuk ditingkatkan)," tuturnya.

Oleh karena itu, kata dia, penting bagi setiap negara yang tergabung dalam IDB untuk saling membantu terkait persoalan kemanusiaan dan bencana alam yang tak bisa dibendung.

"Untuk bangkit kami juga lakukan kerja sama dengan mitra kami seperti IDB, UNI Eropa, World Bank, PBB untuk meminta assesment penilaian dan supaya kami mencapai bantuan keamanan, ketahanan," kata Wahed.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya