Perusahaan di AS Hambat Karyawan Muslim Salat

Ilustrasi berdoa.
Sumber :
  • in.reuters.com

VIVA.co.id – Perusahaan Ariens yang beroperasi di Wisconsin, Amerika Serikat, mendapat keluhan dari para mantan karyawannya yang beragama Islam karena diperlakukan secara diskriminasi.

Demi Lolos Tes Narkoba, Wanita di AS Kirim Urine Anjing Peliharaan

Mengutip situs ABC, Kamis, 26 Mei 2016, Council on American Islamic Relations (CAIR), kelompok advokasi Islam AS, yang mewakili mantan karyawan Muslim di Ariens, menyebutkan bahwa karyawannya tidak bisa lagi mengambil waktu istirahat untuk salat.

Mereka juga mengaku menerima perlakuan diskriminasi atas dasar agama, asal negara dan ras mereka. Seperti diketahui, puluhan karyawan Muslim di Ariens mayoritas berasal dari Somalia.

Gara-gara Foto Pangkalan Angkatan Laut AS, Pria Tiongkok Ditahan

"Karyawan beragama Islam harus menerima izin terlebih dahulu dari supervisor untuk melakukan doa (shalat)," bunyi pernyataan CAIR.

Perusahaan mulai menegakkan kebijakan baru pada 25 Januari 2016, yang berisi karyawan hanya diperbolehkan istirahat maksimal 10 menit per shift kerja tanpa akomodasi tambahan untuk berdoa di luar jam istirahat.

Pria Berjanggut Merampok Bank, Sebar Uang, dan Teriak 'Selamat Natal'

"Bahkan, mereka (para karyawan) sudah berdialog langsung dengan manajemen tentang masalah ini. Tapi, mereka merasa tidak lagi diterima dan dipaksa untuk mengundurkan diri akibat dari kebijakan baru perusahaan," tulis CAIR.

Benar saja. Akibat protes ini manajemen Ariens diduga telah memecat tujuh karyawannya pada awal tahun ini, atau tak lama setelah kebijakan baru diterapkan. Sementara itu, 14 lainnya mengundurkan diri karena permasalahan ini.

Undang Undang Hak Sipil AS Tahun 1964 dengan tegas melarang diskriminasi kerja berdasarkan agama dan mengharuskan pengusaha untuk mengakomodasi keyakinan agama karyawannya. Sesuai dengan keyakinan, umat Muslim berdoa lima kali setiap hari.

Menanggapi tudingan ini, Juru Bicara Ariens Co, Ann Stilp, mengatakan komplain ini merupakan kabar yang mengecewakan.

"Kami telah memiliki karyawan Muslim yang bekerja untuk perusahaan selama sembilan tahun. Saat ini, kami memiliki lebih dari 27 karyawan Muslim yang terus bekerja di sini, dan kami tetap mengakomodasi mereka dengan kamar doa," kata Stilp. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya