Merek Terkenal Ini Ternyata Dibikin ‘Korea Utara’

Ilustrasi buruh pabrik.
Sumber :
  • REUTERS/Damir Sagolj

VIVA.co.id – Beberapa merek pakaian terkenal yang umum dipakai oleh masyarakat luas di dunia selama ini ternyata diproduksi oleh “Korea Utara”.

Pengusaha Tambang Australia Iklan Rp550 Miliar agar Oposisi Kalah

Sebuah sumber di Timur Laut China menginformasikan, buruh yang merupakan warga Korea Utara ternyata selama ini bekerja menjahit untuk sejumlah merek pakaian perusahaan AS seperti Calvin Klein, Burberry dan Levi’s untuk perusahaan China yang berada tak jauh dari perbatasan Korea.

Melansir situs UPI.com, Jumat, 27 Mei 2016, salah satu perusahaan China, Mei Dao Garment Company Limited, mempekerjakan ratusan warga Korea Utara. Perusahaan tersebut mulai mempekerjakan warga negeri Tirai Besi itu sejak Januari 2012.

Pelaku Usaha Tunda Bayar Lembur Libur Pilkada

Hingga saat ini, sudah ada sekitar 54 warga Korea Utara yang bekerja di perusahaan negeri Tirai Bambu tersebut. “April 2015, perusahaan tersebut mulai kerja sama dengan perusahaan Korea Utara, Ryugyong Mokdan Trading Company untuk mendirikan perusahaan Dandong Miryong Garment," kata sumber, yang tidak disebutkan identitasnya.

Perusahaan lainnya yang terletak di dekat kota perbatasan China Dandong, Phoenix Gold Company Limited, mempekerjakan sekitar 1.200 pekerja, dengan 800 di antaranya berasal dari Korea Utara.

Upah Buruh RI Naik Terus, Ini Faktor Pendorongnya

Subkontraktor China mempekerjakan warga Korea Utara karena mereka menyediakan tenaga kerja berupah rendah. Sumber lain di perbatasan China-Korea Utara mengatakan bahwa produsen China yang menerima banyak order dari Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, mempekerjakan pekerja Korea Utara dalam jumlah yang signifikan.

Seorang sumber lainnya di China mengatakan sebuah perusahaan di Provinsi Hunan yang memasok perusahaan seperti Apple dan Nokia juga mempekerjakan warga negara pimpinan Kim Jong-un itu.

"Diperkirakan Korea Utara menyebarkan setidaknya 50 ribu orang di luar negeri. Sebagian besar adalah buruh paksa yang menyumbangkan devisa bagi rezim Kim Jong-un hingga US$300 juta," bunyi pernyataan Pusat Data HAM Korea Utara di Seoul, Korea Selatan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya