Krisis Makin Parah, Perusahaan Besar Hengkang dari Venezuela

Krisis listrik membuat pemerintah Venezuela mengurangi energi besar-besaran
Sumber :
  • REUTERS/Carlos Eduardo Ramirez.

VIVA.co.id – Perusahaan penerbangan asal Jerman, Lufthansa, memutuskan menghentikan operasional mereka di Venezuela. Penghentian penerbangan akan dimulai pada 18 Juni 2016 mendatang.

Krisis Venezuela: Maduro Blokir Bantuan, Kota Perbatasan Rusuh

Kesulitan ekonomi menjadi alasan utama perusahaan tersebut  berhenti. Menurut perusahaan Lufthansa, kontrol mata uang di Venezuela juga membuat mereka kesulitan mengkonversi pendapatan mereka  ke dalam dolar dan mengirimkan uang ke luar negeri.

Melalui pernyataannya, seperti dilansir oleh BBC, Senin, 30 Mei 2016, Lufthansa mengatakan,"Kami terpaksa menangguhkan pelayanan penerbangan antara Caracas dan Frankfurt pada 18 Juni."  Menurut data perusahaan, penerbangan internasional ke Venezuela telah jatuh sejak tahun 2015, dan kuartal pertama tahun ini.

AS Siapkan Sanksi untuk Presiden Venezuela

Selain Lutfhansa, pabrik minuman terkenal, Coca Cola, juga memutuskan berhenti melakukan operasional mereka di Venezuela. Situasi yang bertambah kritis dan bahan baku yang menyusut jauh membuat perusahaan minuman ringan itu tak mampu bertahan.

Juru bicara Coca Cola mengatakan, perusahaan memutuskan berhenti produksi karena kelangkaan gula, yang menjadi bahan baku utama membuat soft drink. Sebelum Coca Cola, pabrik bir kenamaan di Venezuela, Empresas Polar, yang telah berdiri selama puluhan tahun, juga memutuskan berhenti berproduksi.

AS Perintahkan Keluarga Kedubes Tinggalkan Venezuela

Satu per satu perusahaan besar di Venezuela tutup. Perusahaan pembuat ban, Bridgestone, menjual perusahaannya di negara tersebut setelah 60 tahun berproduksi di sana. Aset mereka dijual ke Grupo Corimon. Perusahaan multi nasional lain yang terpaksa mengurangi bahkan melepas aset mereka di Venezuela adalah Ford, Procter & Gamble, dan Halliburton.

Ekonomi Venezuela terpuruk tajam setelah harga minyak turun drastis. Negara yang selama ini sangat mengandalkan minyak tersebut kesulitan mengatasi terjangan jatuhnya harga dolar. Sejak awal 2016, pertumbuhan ekonomi di negara tersebut menurun tajam hingga delapan persen, setelah akhir tahun lalu menyusut sebanyak 5,8 persen. Kini warga Venezuela bahkan harus antre berjam-jam lamanya hanya untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok.  

Pemerintah Nicolas Maduro mengaku telah melakukan berbagai pemangkasan untuk mengatasi krisis energi dan krisis ekonomi. Namun sepertinya langkah tersebut belum memberi hasil maksimal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya