China Tak Takut Ditekan AS Soal Sengketa Laut China Selatan

Kapal Penjaga Pantai China di wilayah Laut China Selatan yang menjadi sengketa.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA.co.id – Pemerintah China menolak tekanan Amerika Serikat soal sengketa di Laut China Selatan (LCS) dengan sejumlah negara. Beijing pun menegaskan kembali kedaulatannya atas sebagian besar wilayah yang masih menjadi kawasan sengketa tersebut. Pihak China juga mengatakan, tidak akan takut jika ke depannya mengalami kesulitan.

Jiper, Komandan Armada Perang Amerika Anggap China Lebih Ganas dari Nazi

"Kami tidak akan membuat masalah dan tidak akan takut jika nantinya mengalami kesulitan. China tidak akan menanggung konsekuensi dan tidak akan membiarkan pelanggaran kedaulatan apapun. Kami juga akan mewaspadai beberapa negara yang mencoba menciptakan kekacauan di Laut China Selatan," kata Laksamana Sun Jianguo dalam pertemuan tahunan Shangrila Dialogue, yang melibatkan 600 pejabat militer dan delegasi pemerintah mancanegara di Singapura, Minggu 5 Juni 2016.

Pergolakan di Laut China Selatan meningkat saat Amerika Serikat meningkatkan fokusnya pada Asia-Pasifik di bawah 'poros' Presiden Barack Obama, dan China yang semakin memperkuat ekonomi, politik dan militer di wilayah tersebut. 

Menko Polhukam: RI Waspadai Konflik di Laut China Selatan, Rivalitas AS-China Kian Rumit

Kedua negara saling melakukan tindakan militerisasi, sebagaimana Beijing melakukan reklamasi lahan skala besar dan konstruksi pada wilayah yang disengketakan. Sementara, Washington pun meningkatkan patroli dan latihan.

Pada Sabtu, 4 Juni 2016, pejabat senior AS, termasuk Menteri Pertahanan Ash Carter, memperingatkan China risiko dari kebijakan isolasi negaranya secara internasional, dan menjamin kemanan Asia selama beberapa dekade ke depan. 

Ambil Contoh Situasi Laut China Selatan, ISDS Gelar Lomba Penulisan Tentang Kedaulatan

Menanggapi hal itu, Sun mengatakan China selalu bersikap hangat dan ramah. Hal tersebut dibuktikan selama 2016 dimana China telah meningkatkan pertemuan bilateral menjadi 17 kali, dibandingkan pada 2015 yang 13 kali.

"Kami tidak terisolasi di masa lalu, kita tidak terisolasi sekarang dan kami tidak akan terisolasi di masa depan," kata Sun, seperti dilansir dari kantor berita Reuters, Minggu, 5 Juni 2016.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya