Sikap Diplomasi Ofensif China di KTT ASEM soal Arbitrase

Kapal Penjaga Pantai China di wilayah Laut China Selatan yang menjadi sengketa.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA.co.id – Dalam pertemuan Asian-Europe Meeting Summit (KTT ASEM) di Ulan Bator, Mongolia, pada 15-16 Juli lalu, Perdana Menteri China Li Keqiang berupaya mempromosikan sikap negaranya atas permasalahan Laut China Selatan.

Rocky Gerung: Konflik Laut China Selatan, RI Hanya Tahan 14 Jam

Langkah Li ini untuk memperoleh dukungan luas atas kebijakan Beijing "memiliki" wilayah yang disengketakan tersebut.

Selain itu, sikap berani China ini dianggap membangkitkan ketegangan dan sebagai bagian dari diplomasi ofensif.

AS Siap Imbangi Dominasi Tiongkok di Laut China Selatan

Ini kali pertamanya China membuat pernyataan terbuka soal Laut China Selatan di sebuah forum internasional.

Seperti dilansir Xinhua, Minggu, 17 Juli 2016, sebelum kembali ke China, Li menegaskan bahwa putusan arbitrase atas Laut China Selatan tidak akan berdampak pada teritorial dan kepentingan maritim negaranya.

Kapal Perang AS Berlabuh di Laut China Selatan, Bikin Gentar

Ketika berbicara dalam sebuah pertemuan informal selama KTT ASEM berlangsung, Li mengatakan Beijing tidak harus tunduk dalam diskusi multilateral.

"Tapi, karena negara-negara tertentu mengomentari masalah ini, maka sangat perlu bagi China untuk keluar dan mengklarifikasi sikap," kata Li.

Selanjutnya, ia juga menegaskan bahwa China tidak pernah berpartisipasi dalam arbitrase sepihak yang diprakarsai oleh Filipina.

Tak hanya itu, Li menambahkan bahwa negaranya tidak menerima atau mengakui arbitrase tersebut.

"Dengan begitu, kami tetap melaksanakan hak serta menjaga martabat sesuai hukum internasional," ujarnya.

Kendati demikian, Li tetap berkomitmen untuk menyelesaikan sengketa melalui jalur dialog dan konsultasi dengan negara-negara yang terlibat langsung. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya