Pengamat: Tak Ada Presiden AS yang Berani Lawan Israel

Presiden AS Barack Obama di Majelis Umum PBB.
Sumber :
  • REUTERS/Mike Segar

VIVA.co.id – Di masa kepemimpinan terakhirnya menjadi Presiden Amerika Serikat, Barack Obama terus mendorong terciptanya perdamaian antara Israel dan Palestina.

Di Sidang PBB, RI Minta agar Perdamaian Segera Dikembalikan di Ukraina

Meski begitu, pada faktanya hal itu sangat sulit dilakukan. Menurut pakar Timur Tengah Yon Machmudi, tidaklah mengherankan jika Obama gagal 'mengakurkan' dua negara yang ribuan tahun lamanya berseteru.

"Siapa pun Presiden AS, Israel dan Palestina takkan berdamai. Karena, tidak ada satu pun presiden yang berani melawan Israel," kata Yon kepada VIVA.co.id, Rabu, 21 September 2016.

Senin, PBB Akan Adakan Sesi Khusus Darurat Bahas Perang di Ukraina

Ia juga menuturkan, Obama sempat mengutarakan kekecewaannya kepada Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengenai aksi brutal negaranya terhadap warga Palestina.

Akan tetapi, lanjut Yon, faktanya dia tak bisa berbuat apa-apa. "Jelas sekali bahwa Obama tidak bisa memaksa Israel menghentikan perluasan pendudukan di sana," ungkapnya.

Jadi Ketua G20, RI Diminta Berperan Setop Invasi Rusia di Ukraina

Mengenai pidatonya di Majelis Umum PBB, menurut Yon, hal itu seperti ingin menitipkan pesan kepada penggantinya kelak agar terus menciptakan 'situasi kondusif' di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Palestina.

Di mata Yon, Hillary Clinton lebih luwes bernegosiasi dengan kedua negara ketimbang Donald Trump yang cenderung lebih keras kebijakannya.

Lobi kuat Yahudi

"Meski begitu, belum ada jaminan akan nasib dan masa depan Palestina. Tapi setidaknya ada harapan ke arah sana," papar dia.

Tak bisa dipungkiri, AS telah lama 'menutup mata' atas perluasan pembangunan pemukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki.

Selain itu, ada faktor lain mengapa Washington sedemikian 'setia' sehingga tidak bisa mengambil tindakan keras dan tegas terhadap Tel Aviv.

"Salah satunya karena pendonor dana terbesar AS berasal dari bantuan luar negeri berkat kekuatan lobi Israel di Washington DC," ujar Ghada Hashem Talhami, guru besar politik dari Lake Forest College, Chicago, AS.

Ia juga mengatakan, hubungan Israel dan AS tetap ditentukan oleh lobi-lobi Yahudi di Washington, serta para pelaku kepentingan yang mendominasi sistem perpolitikan Paman Sam.

"Para pelobi Israel ini sudah lama 'mengakar' di AS. Apapun tindakan Israel di sana (Palestina) tidak akan mempengaruhi kebijakan di sini (AS)," kata Talhami.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya