Serangan Militer Myanmar atas Muslim Rohingya Tuai Kecaman

Ilustrasi/Etnis Muslim Rohingya.
Sumber :
  • ANTARA/Rahmad

VIVA.co.id – Kelompok Advokasi Myanmar menyuarakan keprihatinan mereka atas kekerasan yang dilakukan militer Myanmar terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya. Menurut situs Anadolu Agency, Selasa, 11 Oktober 2016, mereka pun mendesak dunia internasional untuk turun tangan mengatasi konflik berbau SARA ini.

Letjen TNI Richard Tampubolon Ultimatum KKB Papua: Bebaskan Pilot Susi Air

Sebuah pernyataan dari Organisasi Solidaritas Rohingya (Rohingya Solidarity Organization/RSO) berjudul 'Berhenti Membunuh Rohingya yang Tak Bersalah di Arakan (nama kolonial Inggris untuk Rakhine)' mengklaim bahwa 10 orang Muslim Rohingya telah diserang oleh delapan aparat bersenjata yang terdiri dari militer polisi Myanmar.

Sembilan orang tewas dalam serangan tak berimbang tersebut yang terjadi secara terpisah di pos-pos penjagaan keamanan wilayah Rakhine, perbatasan Myanmar-Bangladesh pada Minggu pagi.

Pangkogabwilhan III Letjen Richard Ultimatum KKB Papua Segera Bebaskan Pilot Susi Air

Tak hanya itu, penangkapan massal juga sedang berlangsung, di mana mayoritas perempuan Rohingya, di Desa Wabek, kota Maungdaw, Rakhine.

"Dalam beberapa jam terakhir tujuh orang Muslim Rohingya ditembak mati oleh militer Myanmar di Desa Myo Thugyi di Maungdaw," bunyi laporan kelompok advokasi.

Pemimpin Hamas: Anak-anak Bangsa Kami Jadi Sasaran Pembantaian Terburuk di Gaza

Kendati demikian, Kepolisian Rakhine mengaku kalau mereka sedang mengejar kelompok militan yang 'mengganggu keamanan nasional', bukan Muslim Rohingya.

"Kami tidak yakin jika penyerang dari RSO. Tetapi, mereka berteriak kata 'Rohingya' selama serangan," kata Kepala Polisi Rakhine, Zaw Win.

Meskipun polisi telah menangkap dua orang militan RSO, namun pihak berwenang belum mengkonfirmasi kelompok yang bertanggung jawab.

RSO adalah kelompok perlawanan yang mengatasnamakan kelompok minoritas Muslim Rohingya, yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai salah satu warga dunia yang paling teraniaya.

Meskipun sebagian besar pakar percaya keberadaan RSO adalah sebuah mitos, pemerintah telah mengklasifikasikan RSO sebagai kelompok teroris dan menyalahkan mereka sebagai pelaku serangan terbaru di daerah perbatasan.

“Tampaknya beberapa pejabat keamanan atau pemerintah daerah secara pribadi mengarahkan media untuk menyebut Muslim Rohingya yang telah melakukan serangan itu. Namun tidak ada bukti,” ungkap pernyataan kelompok advokasi.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya