Berkunjung ke Beijing, Duterte Tampik Bicarakan Laut China

Presiden Filipina dan Presiden China bersalaman.
Sumber :
  • Reuters/Ng Han Guan

VIVA.co.id – Presiden Filipina Rodrigo Duterte pekan ini melakukan kunjungan kenegaraannya ke China. Ia bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan pejabat terkait lainnya.

Tiga Kapal Terbalik di Laut Filipina, 11 Orang Tewas

Sehari sebelum pertemuan, Duterte menegaskan bahwa dirinya tidak akan memulai pembahasan sengketa Laut China Selatan dan akan membiarkan Xi memimpin apakah putusan Pengadilan Tetap Arbitrase itu akan dibahas dalam pertemuan tersebut.

"Sebagai teman, jika Presiden Xi menyinggung permasalahan ini, maka saya akan mengatakan kepadanya bahwa saya tidak ingin berkeras hati. Saya yakin semua akan ada waktunya," ujar Duterte, dalam konferensi pers jelang pertemuan.

Orang Barat Dituding Sebabkan Peningkatan Video Seks Anak di Filipina

Menurutnya, pembicaraan dengan Presiden XI nantinya akan membahas beberapa poin yang cukup luas, sehingga pembahasan sengketa LCS akan menunggu waktu yang tepat.

"Tentu ini tidak sopan dan tidak sesuai dengan kesepakatan karena tujuan saya kesini tidak untuk berbicara tentang Laut China Selatan. Isu itu akan ada di urutan paling belakang," ujarnya, dikutip Philstar, Kamis 20 Oktober 2016.

Dugaan WNI Bom Gereja Filipina, Wamenlu Sebut Masih Diselidiki

Lebih lanjut Duterte mengungkapkan, jika saatnya tiba, maka Filipina dan China akan siap  membicarakan keputusan arbitrase yang memenangkan Filipina atas sengketa di laut kaya minyak itu. "Untuk saat ini, saya hanya ingin menikmati persahabatan dan memberikan penghormatan tertinggi kepada Presiden dan seluruh masyarakat China," kata presiden berusia 71 tahun itu.

Duterte tiba di Beijing Selasa malam untuk melakukan kunjungan selama tiga hari, dalam rangka menghidupkan kembali hubungan Filipina dan China yang tegang pasca putusan Pengadilan Arbitrase.

Pada Juli lalu, Pengadilan Tetap Arbitrase di Denhaag memutuskan bahwa sembilan garis putus-putus atau Nine Dashed Line China, yang diklaim mencakup 90 persen Laut China Selatan adalah tidak sah. Pengadilan lalu memutuskan bahwa Filipina memiliki hak berdaulat atas Panganiban Reef, Ayungin Shoal, Recto Bank, serta wilayah Palawan, yang berada dalam sembilan garis putus-putus tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya