Indonesia Sentil Malaysia Soal Keamanan Laut

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Teresia May

VIVA.co.id – Pemerintah Indonesia meminta otoritas keamanan di Malaysia untuk meningkatkan keamanan di Perairan Sabah. Permintaan Indonesia terulangnya kembali penculikan anak buah kapal warga negara Indonesia di perairan tersebut dalam dua pekan terakhir.

Kasus WNI ABK yang Dilarung ke Laut Siap Disidangkan

"Konsulat kita di Tawau kembali menekankan kepada otoritas Malaysia untuk meningkatkan keamanan, karena dalam waktu dekat dua kejadian penculikan terjadi di dekat daratan Sabah."

"Tim di KJRI Tawau pada hari Minggu lalu sudah berada di daerah Lahad Datu untuk mencari info lebih dalam," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, Senin 21 November 2016.

12 ABK MV Oasis V yang Telantar di UEA Sudah Tiga Bulan Tak Diupah

Hingga kini pun, pemerintah belum mengetahui kelompok bersenjata mana yang menjadi pelaku penculikan WNI. Ini karena ada beberapa kelompok di Perairan Sabah, yang terlibat dalam tindakan seperti ini.

"Biasanya sekitar tiga sampai empat hari baru ada konfirmasi dari penculik. Mereka akan menelepon pemilik kapal atau pihak keluarga. Saat ini kita masih menunggu informasi detail mengenai penculikan ini," ujar Arrmanatha. 

Parah, 30 ABK WNI di Peru Tidak Digaji Selama 8 Bulan

Kejadian penculikan yang berulang ini membuat pemerintah Indonesia kembali mengimbau agar para ABK menghindari melaut di daerah-daerah yang diduga rawan. Selain itu, pemerintah juga telah meminta kepada perusahaan ikan yang merupakan pemilik kapal dari dua ABK yang ditawan, untuk bertanggung jawab dalam proses upaya pembebasan kedua WNI.

Seperti diketahui pada Sabtu lalu, dua nelayan asal Indonesia diculik di Lahad Datu. Insiden tersebut terjadi sekitar pukul 07.30 waktu setempat, saat sejumlah nelayan sedang melaut di wilayah Merabung.

"Sebuah kapal penangkap ikan dengan 13 orang di dalamnya berada di area tersebut sejak sekitar pukul 06.30 pagi. Lalu satu jam kemudian, sebuah kapal dengan lima pria bertopeng dan membawa senjata laras panjang mendekati kapal tersebut," cerita Abdul Bari, seperti dikutip dari New Strait Times.

"Orang-orang bertopeng itu lalu menyerbu kapal, dan menghancurkan sistem komunikasi kapal tersebut. Mereka juga merampas seluruh ponsel dan uang milik kru kapal," ujarnya menambahkan. 

Para pria bersenjata itu lalu membawa dua pria kru kapal yang berusia 43 tahun dan 36 tahun. Mereka melarikan diri ke perairan internasional. Sekitar satu jam kemudian, awak kapal yang dirampok berhasil mendekati kapal nelayan lain dan meminta pertolongan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya