Bangladesh Tekan Myanmar soal Nasib Rohingya

Pengungsi Rohingya di Aceh.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad

VIVA.co.id – Bangladesh meminta Myanmar mengizinkan pulang kelompok etnis Rohingya tanpa rasa takut dan menjamin keselamatan mereka.

Top Trending: Derry Sulaiman Siap Tampung Imigran Rohingya, Ramalan 2024 Bakal Terjadi Perang

Dalam pernyataannya, seperti dikutip situs BBC, Kamis, 24 November 2016, Kementerian Luar Negeri Bangladesh memanggil Duta Besar Myanmar di Dhaka, Myo Myint Than, untuk menyampaikan kekhawatiran terhadap meningkatnya operasi militer negeri junta itu selama enam minggu terakhir.

Menteri Luar Negeri Bangladesh, Kamrul Ahsan, telah mendesak Myanmar untuk 'memastikan integritas perbatasan' dan menghentikan imigrasi warga Rohingya dari Negara Bagian Rakhine.

Lagi, 50 Imigran Rohingya Mendarat di Aceh

"Kami berusaha mencegah ribuan warga Myanmar yang mengalami kesulitan (akibat operasi militer), termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua, yang terus mengalir ke perbatasan dan masuk ke Bangladesh," kata Ahsan.

Ia juga mengungkapkan, ribuan pengungsi Rohingya ini berusaha memasuki Bangladesh melalui jalur darat dan laut.

Bobon Santoso Ogah Masak untuk Rohingya: Mending Masak Buat Saudara di Papua

"Berdasarkan laporan yang kami terima, mereka yang melalui jalur darat telah berkumpul di dekat pos perbatasan Bangladesh-Myanmar. Sedangkan jalur laut, para pengungsi tenggelam dalam upaya berlayar ke negara kami," ungkapnya.

Namun, otoritas Myanmar menyangkal semua tuduhan itu. Menurut mereka, Rohingya dianggap sebagai 'pendatang gelap' dari Bangladesh walaupun sudah hidup di Myanmar dari generasi ke generasi.

Dengan demikian, Rohingya tidak diterima sebagai warga negara. Operasi militer Myanmar telah memaksa setidaknya 30 ribu etnis Rohingya melarikan diri dari kampung halamannya di Rakhine.

Sementara, Wartawan BBC urusan Asia Selatan, Charles Haviland, melaporkan bahwa meskipun melayangkan protes terhadap Myanmar, Bangladesh berusaha keras untuk menghentikan etnis Rohingya masuk ke wilayahnya.

"Banyak di antara mereka yang sudah dikirim kembali ke Myanmar," ujar Haviland. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya