Angka Pembelot Meningkat, Korut Diminta Perhatikan Rakyatnya

Festival Film HAM Internasional Korut
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dinia Adrianjara

VIVA.co.id – Jumlah masyarakat Korea Utara yang membelot terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Unifikasi Korea Selatan pun menyebutkan bahwa jumlah pembelot telah mencapai ribuan orang. Pembelotan diduga dipicu oleh kediktatoran pemimpin Korut, Kim Jong-un.

Delegasi Korea Utara Kunjungi Iran, Isu Kerjasama Semakin Kuat

Salah satunya adalah Cho Chung-hui yang mengakui banyak menerima tekanan semasa menjadi masyarakat Pyongyang. Ia mengakui bahwa kebebasan dalam Hak Asasi Manusia (HAM) sangat buruk dan sangat dibatasi. Tak hanya orang dewasa, anak kecil usia sekolah pun dibatasi pergerakannya.

"Masyarakat di Korea Utara tidak diberlakukan secara manusiawi. Proses unifikasi adalah sesuatu yang harus dilakukan dan sangat penting mengingat ada jutaan masyarakat di Pyongyang yang menderita setiap harinya," kata Cho, dalam Festival Film HAM Internasional Korut di Jakarta, Senin, 28 November 2016.

Deretan Negara Paling Tak Percaya Tuhan di Dunia, Mayoritas di Benua Asia!

Ia kemudian mencontohkan salah satu karakter anak bernama Jim-ni, dalam film dokumenter berjudul Under the Sun, yang telah dipaksa untuk menjalani kehidupan tanpa bisa memilih.

"Tokoh Jim-ni dalam film tersebut memang nyata, sama seperti yang saya alami. Ketika ditanya mengenai masa depan, dia malah menangis. Ini adalah kenyataan yang dihadapi anak-anak di Korut. Hidupnya sangat memprihatinkan. Penderitaan ini harus diakhiri," kata Cho.

Kim Jong Un Dikabarkan Punya Selingkuhan Seorang Penyanyi, Hingga Punya Anak Bersama

Hal serupa pun diungkapkan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Tai-young. Menurutnya, pemerintah di Korea Utara tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, melainkan menggunakan dana pemerintah untuk hal yang cenderung tidak penting.

"Pemerintah Korut seharusnya menggunakan uang untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Bukannya menggunakannya untuk pembangunan patung besar Kim Il-sung dan Kim Jong-Il. Ini sangat memprihatinkan dan membuat rakyat menderita," kata Dubes Cho.

Seperti diberitakan Express beberapa waktu lalu, hingga Oktober 2016 ini pembelotan dari Korut telah meningkat sebesar 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun Korut terus meningkatkan hubungan berisiko, di mana banyak keluarga yang mengalami pengawasan dan pemantauan secara ketat oleh mata-mata Kim.

Pada tahun 2001, alasan utama orang meninggalkan negara terisolir itu adalah karena kesulitan keuangan dan kelaparan. Laporan juga menyebutkan, rata-rata orang yang membelot ke Korsel berprofesi sebagai dokter, guru dan peneliti dalam tiga tahun terakhir.

Dalam hal ini, pihak Korea Selatan mengaku memberikan dukungan kepada warga Korea Utara untuk membantu menetap di selatan dan memberikan lapangan pekerjaan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya