Dubes Myanmar Klaim Tak Ada Lagi Rohingya Jadi Korban

Aksi Solidaritas Peduli Rohingya.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, Aung Htoo, memberikan pernyataan terkait tindakan pemerintah Myanmar dalam menyikapi kasus kekerasan terhadap Muslim Rohingya.

Serang Pemberontak, Junta Militer Myanmar Tembakan Rudal ke Perbatasan China

Menurut Htoo, saat ini sudah tidak ada lagi aksi "kekerasan pada etnis minoritas" di Myanmar. Ia pun mengklaim situasi dan kondisi di sana sudah kondusif.

"Sekarang sudah terkendali. Tidak ada lagi korban di Rakhine. Kami mengeluarkan pernyataan untuk memberikan informasi terbaru. Jika ada laporan kejadian serupa maka kami akan selidiki," ujar Dubes Aung Htoo, di Gedung Kemlu, Jakarta, Kamis, 1 Desember 2016.

Ombudsman Telusuri Dugaan Suplai Senjata dari Indonesia ke Myanmar

Sementara itu, menanggapi aksi kemanusiaan yang dilakukan di sejumlah wilayah di ASEAN termasuk Indonesia, Dubes Htoo menyerahkan segala sesuatunya kepada hukum yang berlaku di Indonesia.

Aksi simpatisan yang datang dari berbagai daerah, yang menurutnya, bentuk kepedulian terhadap sesama sehingga ia tidak merasa khawatir. "Kami percaya kepada kebijakan dan hukum di sini (Indonesia). Kami juga tidak perlu mengkhawatirkannya lebih jauh," tuturnya.

Kekejaman Junta Militer Myanmar, Aung San Suu Kyi Tak Dikasih Makan dan Ditelantarkan Saat Sakit

Seperti diketahui, sejumlah negara anggota ASEAN mendesak agar "mencoret" Myanmar dari keanggotaannya seiring pernyataan yang dilontarkan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Khairy Jamaluddin.

Ia meminta ASEAN meninjau ulang keanggotaan Myanmar atas dasar pelanggaran HAM yang dilakukan kepada Muslim Rohingya. "Prinsip nonintervensi di ASEAN tidak berlaku dan menghambat misi ASEAN untuk menyelesaikan permasalahan di negara-negara anggota, khususnya terkait pelanggaran HAM," ujar Khairy.

Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak juga akan menyatakan turut serta dalam unjuk rasa memprotes Myanmar, pada Minggu, 4 Desember 2016, sebagai pernyataan protes terhadap kekerasan Muslim minoritas Rohingya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya