Buru Teroris, Filipina Tetapkan Siaga Tiga

Direktur Polisi Nasional Filipina Ronald dela Rosa saat memaparkan temuan bom di dekat Kedubes AS di Manila, Senin, 28 November 2016.
Sumber :
  • Reuters/Romeo Ranoco

VIVA.co.id – Polisi Manila telah menangkap dua pelaku yang menyimpan bom dekat Kedutaan Amerika Serikat di Manila. Mereka diduga sedang berusaha untuk diakui oleh ISIS bahwa kelompoknya mampu melakukan teror besar.

Tiga Kapal Terbalik di Laut Filipina, 11 Orang Tewas

Alat peledak yang dikenal dengan nama The Improvised Explosive Device (IED) yang ditemukan di dekat Kedutaan Besar Amerika Serikat di Manila diyakini berasal dari kelompok teror internasional Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok ini juga disinyalir bagian dari kelompok Maute.

Direktur Jenderal Ronald dela Rosa, kepala Kepolisian Nasional Filipina (PNP), menjelaskan bahwa ada banyak hal yang dipertaruhkan kelompok Maute agar mereka diakui oleh ISIS.

Orang Barat Dituding Sebabkan Peningkatan Video Seks Anak di Filipina

"Mereka ingin diakui oleh ISIS. Mereka bersekutu dengan ISIS. Dan jika mereka mampu meledakkan bom dengan (jumlah) korban besar, mereka ingin mendapat pengakuan tersebut dan diterima sebagai anggota ISIS," kata Dela Rosa seperti dikutip melalui Manila Bulletin, Jumat, 2 Desember 2016.

Pihak kepolisian telah menangkap dua orang yang membawa bom dari Central Mindanao ke Manila, dan sedang memburu tiga anggota kelompok Maute . "Kami telah mengidentifikasi mereka. Salah satunya merupakan bagian dari BIFF (Bangsamoro Islamic Freedom Fighter)," kata Dela Rosa yang menginfokan jika BIFF dan MILF berbasis di Mindanao Tengah.

Dugaan WNI Bom Gereja Filipina, Wamenlu Sebut Masih Diselidiki

"Berdasarkan informan kami, dua dari mereka mungkin sudah kembali bergabung bersama Maute, karena mereka di Manila hanya sementara. Mereka ditugaskan untuk kembali, karena militer sudah mulai menyerang perkemahan mereka," dia menambahkan.

"Satu orang diyakini masih di Manila. Sekarang kami telah memenjarakan dua orang dan mengidentifikasi tiga lainnya. Saya pikir akan sulit bagi mereka mengirim tim lain untuk melakukan teror seperti ini lagi," kata Dela Rosa.

Seiring dengan penangkapan kedua orang kelompok Maute, pemerintah Filipina juga menaikkan standar keamanan negaranya. Dela Rosa juga mengakui telah menaikkan tingkat siaga teror menyusul penangkapan dua tersangka di balik pemboman yang gagal di dekat Kedutaan Besar Amerika Serikat tersebut.

Ia meminta masyarakat untuk tetap tenang, namun waspada karena otoritas bergerak untuk meredam ancaman teror.

Sekretaris Komunikasi Presiden Martin Andanar, mengatakan, masyarakat harus mengambil langkah-langkah pengamanan intensif. "Kami meyakinkan masyarakat bahwa tidak akan ada gangguan dalam kehidupan normal mereka, bahkan meski kami telah menaikkan tingkat keamanan," ujar Andanar seperti dikutip dari Manila Buletin, Kamis, 1 Desember 2016.

"Tidak ada perubahan dalam cara mereka bekerja, atau melakukan bisnis karena sekarang negara ini berada dalam keadaan darurat nasional  kekerasan," dia melanjutkan.

Andanar menambahkan, pihaknya telah menambah dan menempatkan sejumlah personel untuk berjaga-jaga di lokasi yang disinyalir rawan di Metro Manila. Langkah-langkah keamanan tambahan yang dilakukannya yaitu pemeriksaan intensif di pos-pos, kegiatan intelijen dan operasi penegakan hukum.

"Tidak ada keamanan yang sempurna. Yang lebih penting adalah pemerintah telah berhasil melucuti Improvised Explosive Device (IED) yang bisa  mendatangkan malapetaka bagi kehidupan rakyat kita," kata Andanar.

Menurutnya, masyarakat masih dapat menjalankan aktivitas seperti biasa, meskipun pemerintah Filipina memutuskan untuk meningkatkan peringatan teror siaga tiga di seluruh negeri. Dia menjelaskan, ditetapkannya siaga tiga peringatan teror ini berkaitan dengan keputusan Presiden Duterte sejak negara berada dalam keadaan darurat, karena kekerasan tanpa hukum di Mindanao pada September lalu.

Kelompok Maute telah lama menjadi target operasi militer di Butig setelah menduduki daerah dan bangunan di wilayah tersebut sepekan lalu. Mereka menjalankan aksi teror berkelanjutan dengan mengibarkan bendera ISIS untuk menandai wilayah baru mereka. 

Sebelumnya, pada 2 September lalu, Kota Davao diserang bom oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai kelompok Abdullah Maute yang mana merupakan mantan anggota Moro Islamic Liberation Front (MILF). Tragedi pasar malam tersebut diketahui menewaskan 14 orang dan melukai lebih dari 60 lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya