Xinjiang Kembali Diguncang Teror Ledakan

Tentara China berjaga di Urumqi, wilayah Otonomi Uighur Xinjiang.
Sumber :
  • REUTERS/Kyodo

VIVA.co.id – Wilayah Xinjiang, China, kembali diguncang teror. Empat orang penyerang dengan membawa bahan peledak mengendarai mobil melaju kencang ke arah gedung pemerintahan, pada Rabu, 28 Desember 2016.

Mengenal Xinjiang, Rumah Mayoritas Muslim di Negara China

Namun, aparat keamanan langsung sigap dan berhasil menembak mati empat pelaku. Sayangnya, bom tersebut meledak. Pemerintah Daerah Xinjiang menuding kelompok militan agama berada di balik aksi teror tersebut.

Insiden terjadi pada pukul 17.00 waktu setempat di Karakax County, wilayah selatan Xinjiang.

Pejabat Tinggi Tiongkok Dorong Sinisasi Islam di Xinjiang, Kenapa?

Berdasarkan laporan, empat pelaku melajukan kendaraan ke halaman kantor Perwakilan Partai Komunis, lalu meledakkan bom. Meski begitu, keempatnya dinyatakan tewas di tempat akibat ditembak mati.

Sementara itu, tiga orang terluka dan satu lainnya meninggal akibat ledakan bom. "Saat ini, situasi dan kondisi di lokasi kejadian sudah stabil," kata Pemda Xinjiang, tanpa memberikan rincian, seperti dikutip situs Reuters, Kamis, 29 Desember 2016.

Kemlu Pastikan Tidak Ada WNI yang Jadi Korban Gempa di Xinjiang China

Insiden tersebut digambarkan sebagai 'serangan teroris'. Namun, tidak ada keterangan lainnya selain dari laporan pemerintah. Juru Bicara Kelompok Pengasingan Kongres Uighur Dunia, Dilxat Raxit, mengaku ragu mengenai laporan dari pemerintah tersebut.

"Saya sangat meragukan jumlah korban dan alasan atas terjadinya insiden itu dari laporan resmi. Mereka kurang transparan," kata Raxit.

Ratusan orang telah tewas dalam beberapa tahun terakhir di Xinjiang yang kaya sumber daya di perbatasan Asia Tengah, dalam kekerasan antara etnis Muslim Uighur.

Beijing menyangkal telah melakukan aksi penindasan di Xinjiang. Serangan sebelumnya terjadi pada September 2015 terhadap sebuah tambang batu bara, di mana setidaknya 16 orang tewas.

Insiden ini sempat tidak dilaporkan oleh pemerintah selama dua bulan setelah kejadian. Pemerintah akhirnya melaporkan insiden tersebut ketika mengumumkan bahwa pasukan keamanan telah menewaskan 28 'teroris' yang terlibat dalam serangan di tambang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya