USAID Gelontorkan US$51 Juta, Bantu Pendidikan Indonesia

Penerima Beasiswa USAID.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dinia Adrianjara

VIVA.co.id – Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat sepanjang tahun terus berkomitmen untuk bekerja sama dalam berbagai bidang, khususnya pendidikan melalui beasiswa. Beberapa program pun telah ditawarkan baik itu dari Kementerian Luar Negeri AS maupun badan khusus yang dibentuk untuk menyediakan beasiswa pendidikan.

HUT RI, Moonton Cares Berikan Beasiswa dan Jalin Kerjasama dengan Universitas

Salah satunya adalah beasiswa Program to Extend Scholarship to Achieve Sustainable Impacts (PRESTASI) yang diberikan oleh Badan Pembangunan Internasional AS atau USAID. Program ini adalah satu dari berbagai program beasiswa USAID untuk membantu individu, organisasi, dan institusi guna mendapatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mendukung pembangunan Indonesia. 

Direktur USAID di Indonesia, Erin McKee mengatakan sejak 2007, program PRESTASI telah memberikan bantuan kepada 309 penerima beasiswa Indonesia. Para penerima merupakan pemimpin Indonesia di masa depan dan merupakan investasi terbaik untuk masa depan Indonesia.

Jadi Jago IT yang Bukan Kaleng-kaleng

"Beasiswa ini membantu memberikan investasi bagi masa depan Indonesia. Kami bekerja bersama para pemimpin masa depan, inovator dan para ahli dari Indonesia untuk kemajuan negara ini," kata McKee, di Jakarta, Kamis, 12 Januari 2017.

Kerja sama pendidikan ini difokuskan pada beberapa bidang yang menunjang pembangunan Indonesia antara lain land and urban management, manajemen pengelolaan hutan, tata lingkungan, kesehatan, pendidikan dan manajemen publik. PRESTASI menggelontorkan dana sebesar US$51 juta untuk mendukung peningkatan akademis.

AS Perpanjang Pembebasan Tarif Bea Masuk untuk Indonesia

"Pendidikan adalah prioritas utama Indonesia dan Amerika. Karena tidak hanya kemampuan dan pemahaman, tapi juga bagaimana kedua negara bisa saling mengenal kebudayaan satu sama lain. Kita juga berharap sekembalinya para penerima beasiswa ini ke Indonesia, mereka dapat membantu pengembangan di bidangnya masing-masing," ujar McKee.

Salah satu penerima beasiswa yang mendapat kesempatan menempuh studi di Amerika adalah Paulus Paramma, seorang dosen asal Jayapura, Papua. Ia menempuh studi masternya di Eastern Mennonite University di bidang Peace and Conflict Transformation.

Sebagai dosen di Departemen Hubungan Internasional, Paulus mengaku banyak mendapat pengetahuan dan keterampilan yang didapat profesor maupun sesama mahasiswa di kampusnya. Kuliah di Amerika pun tidak hanya membantu memahami materi di kelas, tetapi juga membangun kolega dengan sesama mahasiswa.

"Saya mempelajari bagaimana supaya orang-orang di Papua bisa mentransformasi konflik yang ada di daerahnya. Banyak orang di Papua tidak sensitif dengan konflik dan pembangunan. Mereka tidak peduli dengan konflik laten yang tersembunyi. Makanya saya ingin mengimplementasikan ilmu ini kepada orang di Papua," kata Paulus.

Hal serupa diungkapkan Erlina Mariana, seorang guru matematika asal Aceh yang meraih beasiswa di Western Michigan University. Ia mengaku memperoleh ilmu tak hanya sosial, tetapi juga cara mengajar yang berbeda bagi anak-anak di Aceh.

"Banyak hal berbeda, terutama cara pandang belajar. Saya terpacu untuk membangun class room environment dan membuat anak-anak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapat. Mereka juga bisa menyukai matematika. Penting bagi semua guru memiliki visi untuk meningkatkan kualitas pendidikan," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya