Trump Disebut Akan Luncurkan Program Melawan Ekstremis Islam

Presiden AS Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS/Carlo Allegri

VIVA.co.id – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, disebut berniat mengubah dan mengganti program pemerintah yang didesain untuk melawan semua ideologi kekerasan. Namun, Trump kini terfokus dengan menyasar ekstremis Islam.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Diberitakan oleh Reuters, Kamis 2 Februari 2017, lima orang pejabat dari pemerintahan Trump memberikan penjelasan, program yang di masa pemerintahan Obama diberi nama "Countering Violent Extremism" atau CVW, akan diganti namanya menjadi "Countering Islamic Extremisme" atau "Countering Radical Islamic Extremism". Sumber yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan pada Reuters.

Perubahan itu jelas tak lagi menargetkan kelompok kulit putih yang juga membawa bom dan melakukan penembakan di AS. Namun, makin spesifik menargetkan kelompok ekstremis Muslim.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

Penggantian nama itu juga  sekaligus mencerminkan retorika dan kritik Trump selama masa kampanye terhadap pemerintahan Barack Obama yang menurut mereka lemah dalam memerangi kelompok radikal Islam, dan selalu menolak menggunakan frasa "radikal Islam" untuk menggambarkan kelompok pelaku teror.

Program CVE akan bertujuan untuk mencegah kelompok atau penyerang tunggal melalui kerja sama dengan komunitas, program edukasi, dan melakukan kampanye perlawanan dengan bekerja sama dengan beberapa perusahaan seperti Google dan Facebook.

5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

Namun, beberapa pendukung program khawatir bahwa perubahan nama itu justru akan mempersulit pemerintah untuk bekerja sama dengan kelompok Muslim yang sejak awal sudah ragu-ragu untuk mempercayai pemerintahan AS yang baru. Terutama setelah Presiden Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif untuk melarang masuknya pengungsi dari tujuh negara mayoritas Muslim.

The CVE program yang memfokuskan pada warga AS dan terpisah dari upaya militer yang memerangi ekstremisme yang berkembang di dunia maya, juga menuai kritikan dari beberapa pendukungnya. Program tersebut dianggap tidak efektif.

Sumber Reuters yang telah sering bekerja bersama Departemen Dalam Negeri mengatakan, anggota tim transisi Trump telah bertemu dengan tim CVE pada Desember lalu dan menyampaikan ide soal penggantian nama dan fokus.

Sebuah sumber yang meminta namanya tak disebutkan mengatakan, dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh staf senior untuk Sekretaris Departemen Dalam Negeri, John Kelly, pegawai pemerintah diminta untuk mengajukan nama organisasi tertentu yang layak menerima bantuan program CVE. 

Sumber tersebut menambahkan, meskipun dana CVE telah disetujui Kongres dan para penerima dana bantuan telah mendapatkan pemberitahuan dari pemerintahan Obama, uangnya tak pernah disalurkan. Kelly pun, sumber itu melanjutkan, sedang mengkaji masalah ini.

Departemen Dalam Negeri AS menolak mengomentari hal ini, sedangkan Gedung Putih tak memberikan respons atas permintaan komentar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya