Mau Jadi Apa Setelah Belajar di Amerika?

Konjen RI, Abdulkadir Jailani, (tengah) dan para mahasiswa Indonesia di New York, Amerika Serikat, dalam pertemuan "Networking Session," 24 Februari 2017.
Sumber :
  • KJRI New York

VIVA.co.id – “Mau jadi apa setelah merantau di Amerika?” Pertanyaan seperti itu melintas di benak banyak mahasiswa Indonesia, yang sedang menimba ilmu di Negeri Paman Sam.

Mahasiswa Indonesia Terpaksa Tunda Kedatangan ke Australia

Kuliah di Amerika Serikat, merupakan kesempatan yang luar biasa bagi warga Indonesia. Namun, akan lebih istimewa lagi bila setelah lulus bisa langsung berkarya dengan bekal ilmu yang telah dimiliki.

Itulah sebabnya pada akhir pekan kemarin, 24 Februari 2017, Persatuan Mahasiswa Indonesia AS (Permias) cabang NYC (Kota New York) - bekerja sama dengan Konsulat Jenderal RI di New York - menyelenggarakan “Networking Session”.

30 Mahasiswa RI di Nanjing China 'Terkunci' di Dalam Kampus

Berlangsung di KJRI New York, acara ini dihadiri sekitar 100 mahasiswa Indonesia, yang tengah menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi serta 40 orang profesional Indonesia yang saat ini bekerja di berbagai perusahaan di New York.

Menurut Konsul Jenderal RI Abdulkadir Jailani, Networking Session ini menjadi wadah saling tukar informasi antara mahasiswa dan para profesional terkait peluang dan kesempatan untuk bekerja di New York selepas mereka menyelesaikan pendidikan. 

Mahasiswa Indonesia Rayakan Kebebasan Usai Karantina di Darwin

Maka, hadir juga para profesional Indonesia yang bekerja di berbagai perusahaan ternama di AS, seperti American Express, Bank of America, Intercapital North America, Citigroup, Price Water House Cooper, Credit Suisse, Deutche Bank, Goldman Sachs, dan lain sebagainya.

“Diharapkan, pertemuan tersebut dapat membantu para mahasiswa yang saat ini menuntut ilmu di AS, dan NYC khususnya, untuk memahami budaya kerja dan berbagai peluang karir yang tersedia di NYC,” kata Jailani, seperti yang disiarkan KJRI New York hari ini.

Jailani pun berterima kasih kepada para professional Indonesia yang hadir dan bersedia untuk berdiskusi serta berbagi pengalaman kepada generasi muda Indonesia. Dia juga berharap Permias sebagai wadah pemersatu mahasiswa Indonesia di AS, dapat terus aktif dalam mempromosikan Indonesia kepada lingkungan sekitarnya, serta memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat Indonesia di luar negeri khususnya di NYC.

Petik Manfaat

Ketua Permias New York, Ginda Bastari juga menyampaikan apresiasi kepada KJRI New York atas dukungannya dalam berbagai kegiatan dan inisiatif yang dilaksanakan Permias, serta kepada para professional Indonesia yang telah menyediakan waktu untuk hadir dalam acara tersebut.

Seorang mahasiswa Indonesia juga menyatakan rasa senangnya. Dia mengaku tidak banyak kesempatan untuk dapat bertemu dan berbagi pengalaman dengan diaspora dan professional Indonesia di NYC akibat keterbatasan waktu dan kesibukan masing-masing.

“Namun, dengan adanya acara ini, para mahasiswa yang akan menyelesaikan masa belajar dan berniat untuk meniti karir di New York dapat memperluas jejaring dengan masyarakat dan diaspora Indonesia yang telah lebih dahulu bekerja di berbagai sektor di New York,” kata dia, dalam acara yang juga dihadiri Wakil Tetap RI dan Deputi Wakil Tetap RI untuk PBB dan Kepala Kantor BRI New York.

Permias berdiri pada 24 Desember 1961 di Washington DC. Sebelum berdirinya Permias, terdapat berbagai organisasi pelajar Indonesia yang tersebar di berbagai kota di AS. Dalam Kongres I Permias diputuskan untuk melebur seluruh organisasi dimaksud menjadi Permias.

Saat ini, terdapat 31 Permias Chapter yang tersebar di berbagai kota di AS. Permias NYC sendiri merupakan salah satu Permias Chapter yang membidani lahirnya Permias Nasional AS pada 1961 dan dua tahun yang lalu juga telah melaksanakan Kongres Permias se-AS di KJRI New York.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya