Begini Modus Transaksi Uang Teroris dari Laut

Ilustrasi transaksi keuangan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Pengamat intelijen Wawan Hari Purwanto mengatakan bahwa para teroris laut melakukan transaksi uang melalui sistem Hawala, atau Hundi. Sistem ini bekerja rapih dan tak terdeteksi.

Bantu Perangi Terorisme di Afrika, Adakah Niat Terselubung Amerika?

Sebab, sistem ini bekerja tanpa melalui mekanisme perbankan, atau transaksi elektronik antarnegara. Artinya, para teroris melakukan transaksi dengan cara tradisional melalui 'jalur-jalur bawah tanah'.

"Uang dibawa melalui jalur laut. Modusnya, mereka tidak menenteng uang secara utuh, tetapi dipecah untuk menghindari adanya deteksi dari aparat keamanan. Mereka sangat paham jalur-jalur mana saja yang aman dan tidak aman. Rapih dan rahasia sampai ke negara tujuan," ujar Wawan kepada VIVA.co.id, Senin 6 Maret 2017.

Pemkab Tangerang Benarkan PNS Mereka Ditangkap Densus

Dengan sistem ini, uang bisa dikirim tanpa menyebut nama pemberi dan penerima. Tetapi, dijamin sampai di tempat tujuan. Hal itu kerap dilakukan hampir di semua negara di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Selatan.

Pengiriman uang melalui jalur laut terbilang lebih aman ketimbang transaksi elektronik, lantaran ketatnya pengawasan dari lembaga keuangan negara. "Contohnya, kalau Indonesia ada PPATK. Tugasnya memang mengawasi aliran uang, baik yang masuk maupun keluar Indonesia," paparnya.

IDI Sukoharjo Minta Kasus Sunardi Tak Dikaitan dengan Profesi Dokter

Karena itu, Wawan menilai Indonesia mendorong upaya pencegahan dan pendeteksian melalui kerja sama Kelompok Negara-negara Pesisir Samudera Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA).

"Kerja sama ini bertujuan untuk saling menguntungkan bagi negara-negara di kawasan Samudera Hindia. Karena itu, harus ada kesepakatan untuk mengatasi terorisme melalui penguatan kerja sama maritim," terang Wawan.

Selain itu, penguatan kerja sama maritim juga sebagai langkah antisipasi sejak dini (early warning system), sehingga jangan sampai kecolongan. "Kita lebih baik mencegah daripada mengobati. Kemenko Polhukam, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Polri, dan Interpol. Seluruhnya, harus terlibat untuk bekerja sama," tuturnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya