Masalah Laut China Selatan

Jepang Khawarir Akan Sikap China

Salah satu wilayah sengketa di Laut China Selatan.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Masalah keamanan maritim strategis, merupakan isu yang dapat berdimensi dengan kekuatan militer. Trennya terwujud melalui kompetisi pengaruh dan proyeksi kekuatan matra laut. Kerangka pembangunan maritim negara-negara besar di kawasan, dikembangkan dengan visi dan strategi yang saling tumpang tindih.

Rocky Gerung: Konflik Laut China Selatan, RI Hanya Tahan 14 Jam

Tumpang tindih, atau over-lapping itu semisal Maritime Silk Road dari Tiongkok, Free and Open Indo-Pacific Startegy dari Jepang, dan Freesom of Navigation Operations dari Amerika Serikat.

Guru Besar Tokyo University of Science, Mie Oba mengatakan, keamanan maritim menjadi isu kritis antara Jepang dan ASEAN. Joint statement Jepang dan ASEAN dalam Commemorative Summit pada Desember 2013 lalu, dengan jelas menyatakan perjanjian ini menggarisbawahi pentingnya membangun keamanan, stabilitas, dan kemakmuran wilayah.

Patroli Laut China Selatan, Australia Bangun Armada Drone

"The Joint Statement of the Japan-ASEAN Commemorative Summit sudah jelas tertulis mengenai bagaimana mempromosikan keamanan dan keselamatan maritim, juga memutuskan untuk meningkatkan kerja sama di dua hal tersebut," ujarnya, saat mengisi seminar di JS Luwansa Hotel, Jakarta Selatan, Senin 13 Maret 2017.

Dalam seminar bertajuk "Penanganan Masalah Keamanan Maritim Strategis dan Sub-strategis di Asia Tenggara" itu, Oba menjelaskan, elit politik Jepang lebih tertarik pada isu keamanan maritim di Asia Tenggara.

AS Siap Imbangi Dominasi Tiongkok di Laut China Selatan

Keamanan maritim di Asia Tenggara mencakup berbagai komponen, mulai dari non-tradisional, seperti anti pembajakan, tindakan kejahatan lintas batas, hingga masalah keamanan tradisional seperti masalah teritorial di Laut China Selatan.

"Jepang sudah mulai memberikan bantuan untuk aspek keamanan maritim non-tradisional di Asia Tenggara. Tapi sekarang, kepentingan elit politik Jepang dalam aspek itu (keamanan maritim tradisional) sedang tumbuh," papar Oba.

Latar belakang terpenting dari meningkatnya minat Jepang dalam hal di atas, kata Oba, adalah kekhawatiran tentang kebangkitan China dan perilaku China di Laut Cina Selatan. Jepang fokus pada ketegangan Sino-Jepang di Laut China Timur.

Pengaruh ekspansi yang cepat dari China dalam hubungan internasional di Asia Timur, dan sikap tegasnya, baik di Laut China Timur dan Laut China Selatan, telah meningkatkan kekhawatiran di kalangan elit politik Jepang tentang "ancaman China" pada keamanan maritim di seluruh Asia Timur. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya