Menteri Israel: Saya Yakin Presiden Iran Akan Dibunuh

Presiden Iran, Hassan Rouhani.
Sumber :
  • REUTERS/Fars News

VIVA.co.id – Israel mengklaim bahwa terbunuhnya anggota senior Hamas, Mazen Faqha di Jalur Gaza, Palestina, pada 24 Maret lalu, adalah perbuatan "orang dalam".

Korban Meninggal akibat Serangan Israel di Gaza Bertambah Jadi 254

Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman mengungkapkan, dirinya tidak terkejut dengan aksi tersebut dan menyebut sang pembunuh adalah salah satu pendukung dari organisasi fundamentalis yang didukung Iran.

Mazen Faqha, seorang komandan senior Brigade Izzudin Al-Qassam, sayap militer Hamas, ditembak orang tak dikenal ketika baru tiba di rumahnya. Sejumlah saksi mata menuturkan bahwa pelaku menggunakan pistol dengan peredam suara saat melakukan eksekusi.

277 Warga Sipil Tewas dan 8.500 Luka Akibat Agresi Militer Israel

Kelompok tersebut lalu menuding Israel berada di balik pembunuhan Faqha. Pada Senin, 10 April lalu, Hamas mengklaim telah menangkap tersangka yang diduga membunuh Faqha.

Namun, Hamas tidak menyebut identitas pria tersebut dan hingga kini masih di dalam tahanan. Tak hanya itu, Lieberman juga menegaskan bahwa pembunuhan orang dalam merupakan ciri khasnya.

Status Militer Israel di Jalur Gaza Siaga Tinggi

"Saya dapat pastikan bahwa itu adalah pembunuhan yang dilakukan orang dalam. Dan, saya tidak akan terkejut jika selama Pemilu Iran pada tanggal 19 Mei mendatang seseorang akan membunuh Presiden Hassan Rouhani," ungkapnya, seraya memberi peringatan, seperti dikutip situs Russia Today, Rabu, 12 April 2017.

Menlu Israel, Avigdor Lieberman

Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman.

Meski begitu, Lieberman enggan merinci pernyataannya tentang potensi aksi pembunuhan terhadap Presiden Rouhani.

Akan tetapi, tampaknya tidak mungkin bahwa Hamas akan berusaha untuk membunuh presiden sebuah negara yang memiliki ideologi yang sama, serta membantu perjuangan Palestina.

Iran dan Hamas bertujuan untuk membebaskan wilayah Palestina yang dianeksasi Israel. Setelah Revolusi 1979, Iran memutuskan semua hubungan diplomatik dengan negeri Yahudi itu.

Pemerintahan Revolusi Islam juga tidak mengakui legitimasi Israel sebagai sebuah negara. Hal ini secara luas diyakini bahwa Teheran mendukung Hamas dalam upaya untuk merongrong otoritas Israel, hingga sekarang.

Meskipun situasi relatif tenang antara Hamas dan Israel, namun tidak bagi sayap militer al-Qassam. Mereka terus melakukan serangan roket ke arah Israel selatan. 

Sebagian besar proyektil jatuh di daerah tak berpenghuni. Akan tetapi, Pasukan Pertahanan Israel langsung membalas serangan yang menargetkan Hamas dan Jalur Gaza melalui serangan udara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya