Film Porno Pertama di Myanmar Didistribusi lewat Internet

Ilustrasi aktivitas perempuan.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Rumah produksi film bernama Art of Myanmar membuat heboh dengan meluncurkan film porno perdananya yang berjudul The Violet of Myanmar.

5 Angkatan Laut dengan Armada Terbanyak di Asia Tenggara, Posisi Indonesia Mencengangkan

Film ini dipromosikan di halaman Facebook rumah produksi tersebut dan diyakini sebagai film erotis pertama yang diproduksi secara komersial di Myanmar.

Mengutip situs Sputniknews, Kamis, 27 April 2017, video trailer berdurasi dua menit ini menampilkan seorang gadis yang mengenakan masker bedah dan wajahnya yang dikaburkan.

Ritual Mistis Junta Myanmar Tak Mempan! Rathedaung Jatuh ke Tangan Sekelompok Bersenjata Etnis

Art of Myanmar mengaku memproduksi film ini seharga 400 ribu kyat (US$300/Rp3,9 juta).

"Kami dengan bangga meluncurkan film perdana dengan kualitas tinggi (high definition/HD) di Myanmar. Calon pelanggan bisa memesannya dari akun Viber mereka," bunyi keterangan Art of Myanmar, melalui akun Facebook.

Densu Tanya Tentang Nonton Film Porno dengan Pasangan, Ini Jawaban Ustaz Khalid Basalamah

Viber adalah layanan messenger gratis agar tetap terhubung dengan siapa pun melalui koneksi internet.

Ketersediaan layanan internet di Myanmar sendiri telah dibuka dan disebar secara masif ketika pemerintahan junta militer tidak berkuasa lagi pada 2011. Tiga tahun kemudian, kartu SIM murah mulai tersebar di kota-kota besar.

Usai mempromosikan film asusial tersebut, akun Facebook Art of Myanmar kebanjiran lebih dari 2.000 pesanan dalam 24 jam, sistemnya tiba-tiba berhenti bekerja (crashed). Namun tidak diketahui bagaimana kondisi akun Viber mereka.

Kepolisian Myanmar langsung menyelidiki keberadaan rumah produksi dan penyebaran film porno itu. Negeri yang dijuluki Tanah Emas ini masih menganggap seks sebagai hal yang tabu.

Bagi siapa saja yang memiliki dan menyebarkan film berbau seks dapat dihukum maksimal tiga bulan penjara. Benar saja, laman Facebook Art of Myanmar "hilang" dua hari pascapolisi menggelar penyelidikan.

Kepala Departemen Komunikasi dan Teknologi Kepolisian Myanmar, Kolonel Tun Nay Win mengatakan, pihaknya akan mengambil tindakan tegas, dan kasus ini berkaitan dengan teknologi.

Kendati demikian, ia menolak merinci jenis UU yang dilanggar oleh Art of Myanmar sebagai produsen film asusila itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya