Emmanuel Macron Menang Pemilu, Keberuntungan atau Strategi?

Emmanuel Macron
Sumber :
  • REUTERS/Benoit Tessier

VIVA.co.id – Kemenangan Emmanuel Macron di Pemilu Prancis menyita perhatian, baik kalangan media maupun akademisi. Pasalnya setahun lalu, Macron dianggap bukan siapa-siapa. Meski sempat berada di kabinet namun ia kurang populer. Bahkan tingkat elektabilitasnya tahun lalu masih di bawah pesaingnya, Marine Le Pen.

Putin Tegaskan Kembali Operasi Militer di Ukraina Tidak Akan Berhenti

Selain faktor keberuntungan, kepekaan dan kelihaian Macron menangkap peluang dianggap menjadi hal yang dianggap mengerek popularitas sekaligus membuat rakyat Prancis menjatuhkan pilihan kepadanya.

Sebagaimana dikutip dari laman BBC.com, Macron yang diusung oleh partai sayap tengah yang kurang populer ternyata bisa menempatkan diri menonjol dengan mendirikan gerakan En Marche pada bulan April 2016 lalu. Dengan mengusung gerakan ini, dia mundur dari Kabinet Francois Hollande dari jabatannya sebagai Menteri Perekonomian.

Takut DNA-nya Dicuri, Macron Tolak Tes COVID-19 di Rusia

Dengan wadah En Marche yang artinya bergerak, dia mencontoh cara-cara kampanye mantan Presiden AS,  Barack Obama, pada Pemilu 2008 silam. En Marche memiliki aktivis dan relawan yang secara door to door memperkenalkan figur Macron.

Tak hanya membagi-bagikan selebaran, para relawan En Marche juga melakukan wawancara dengan warga Prancis tentang hal yang mereka butuhkan dan inginkan dari pemerintah pada saat ini. Hasil-hasil wawancara itu lantas masuk basis data Macron untuk menentukan programnya pada saat kampanye tahun 2017.

Usai Bertemu Putin, Dukungan bagi Emmanuel Macron untuk Pemilu Naik

"Mereka bahkan mengirim para relawan yang mendatangi paling tidak 300 ribu rumah," kata Jurnalis Prancis, Emily Schultheis.

Faktor lainnya, Macron pada saat berhadap-hadapan dengan Marine Le Pen dianggap memiliki pesan yang lebih positif dan ramah kepada setiap kalangan. Macron juga menempatkan diri bukan sekadar representasi elite sebagaimana yang diidentikkan Le Pen. Itu sebabnya Macron lantas dianggap lebih membumi dan berjiwa muda sekalipun dia berasal dari kalangan pebisnis.

Gaya kampanye Macron juga lebih kekinian dan santai dengan adanya musik-musik pop yang bisa menarik perhatian warga berbagai latar belakang. Sementara Le Pen dinilai terlalu serius dengan gaya kampanye yang tak berbeda dari calon-calon sebelumnya.

Posisi Macron yang juga akhirnya menarik perhatian rakyatnya adalah keberanian untuk memilih posisi dan ide yang sama sekali bertolak belakang dengan Le Pen. Diketahui bahwa Le Pen adalah politikus partai sayap kanan yang konservatif dan tak menyukai integrasi Uni Eropa. Le Pen juga tak mendukung kebijakan terhadap imigran Prancis selama ini yang kebanyakan beragama Islam.

Namun Macron tak ragu untuk mendukung Prancis tetap berada di Uni Eropa. Ia bakal menjadikan Prancis semakin globalis, artinya moderat dalam kebijakan politik internasional, termasuk tetap menerima imigran.

Selain faktor-faktor tersebut, sisi keberuntungan Macron juga disoroti. Pada saat dia maju, calon Presiden Prancis yang diunggulkan yakni Francois Fillon sedang terjerat skandal publik. Demikian pula dengan kandidat dari Partai Sosialis Benoit Hamon yang tak diharapkan lagi. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya