Marawi Masih Darurat, Pastor dan Jemaatnya Jadi Sandera

Darurat militer di Marawi, Filipina. Kelompok ISIS mulai merambah Asia.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA.co.id – Darurat militer yang ditetapkan di kota Mawari, Kepulauan Mindanao, Filipina, pascabentrokan antara kelompok ekstremis dengan pasukan militer setempat masih memicu kepanikan di seluruh kota.

Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!

Uskup Edwin Dela Pena yang berasal dari Marawi menyatakan menerima telepon dari salah satu imam keuskupannya yang telah menjadi korban penculikan kelompok ekstremis.

Pastor Teresito "Chito" Sugarno diketahui disandera oleh militan Islam, beserta sekitar belasan orang jemaatnya.

Rusia Sebut AS Buru-buru Tuduh ISIS Atas Serangan Gedung Konser di Moskow

"Dia hanya mengucapkan beberapa kalimat yang diperintahkan oleh penculiknya. Mereka meminta pasukan militer untuk mundur. Jika tidak dipenuhi, maka sesuatu yang buruk akan terjadi," kata Pena, dilansir Reuters, Senin, 29 Mei 2017.

Belum ada informasi lebih lanjut mengenai nasib warga Kristen yang terjebak dalam pertempuran antara gerilyawan Islam dengan tentara Filipina di Marawi selama seminggu terakhir ini.

Tidak Hanya di Rusia, Ada Deretan Jejak ISIS dalam Aksi Teror di Indonesia

Sementara sebanyak 180 ribu orang atau sekitar 90 persen dari penduduk Marawi telah meninggalkan wilayah tersebut hampir sepekan lalu. Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, juga telah mengumumkan darurat militer di seluruh wilayah Pulau Mindanao.

Mindanao diyakini telah lama menjadi sarang bagi pemberontak lokal dan gerakan separatis. Namun pada saat ini, kelompok Islam dari Malaysia, Indonesia dan negara-negara lain telah berkumpul di Mindanao dengan gerakan Negara Islam.

Lebih dari 90 persen dari warga Filipina merupakan pemeluk agama Kristen. Namun di Marawi, mayoritas adalah muslim. Pada tahun 1980, Marawi memproklamasikan diri sebagai Kota Islam dan satu-satunya kota di Filipina dengan sebutan itu.

Pastor Dela Pena mengaku selama 17 tahun tinggal di Marawi, dia hidup bermasyarakat dengan damai. Perdamaian tersebut hancur beberapa bulan lalu setelah tentara mengebom markas kelompok radikal Islam.

Operasi kelompok militan yang semula berada di hutan akhirnya pindah ke Kota Marawi. Pekan lalu, lebih dari 200 pejuang lokal dan asing dari kelompok Maute yang berafiliasi dengan ISIS menyebar ke seluruh kota, merebut rumah sakit, penjara utama dan menyerang Katedral Maria Auxiliadora.

Pastor Dela Pena mengatakan, saat itu kelompok ekstremis datang, menyekap para jemaat di dalam gereja, mengumpulkan tawanan mereka ke kendaraan dan membakar gereja tersebut.

"Saya tidak bisa membayangkan, saya tidak bisa berkata-kata," kata dia lagi. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya