Filipina Gencarkan Lagi Operasi Narkoba, Sepekan 67 Tewas

Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat mengumumkan pejabat yang diduga terlibat narkoba.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA.co.id –  Aksi Perburuan Narkoba di Filipina dilakukan gila-gilaan. Hanya dalam sepekan, 67  orang tewas terbunuh.

SEA Games Bermasalah, Presiden Filipina Minta Maaf

Aksi penggerebekan narkoba yang dilakukan selama sepekan telah menewaskan sekitar 67 orang dan lebih dari 200 orang ditangkap di Manila dan provinsi di sekitarnya. Operasi ini digambarkan polisi sebagai "One Time, Big Time" untuk memberantas peredaran dan perdagangan narkoba di Filipina.

Istilah tersebut digunakan oleh polisi Filipina untuk menggambarkan upaya anti-kejahatan yang terkoordinasi di distrik yang rawan kejahatan, biasanya daerah kumuh atau lingkungan berpenghasilan rendah.

Cabang Duathlon Sukses Tambah Medali Emas Indonesia

Dikutip dari Al Jazeera, 18 Agutsus 2017, lonjakan pembunuhan menimbulkan kecaman dari Wakil Presiden Leni Robredo, yang merupakan anggota sebuah partai yang menentang Duterte.

Ia mencap tindakan itu sebagai  "sesuatu yang sangat mempermalukan." Sejak Duterte menjabat, Robredo  telah menjadi kritikus yang konstan atas tindakan keras yang telah membunuh ribuan orang Filipina dan menyebabkan alarm internasional sejak Duterte berkuasa lebih dari setahun yang lalu.

Presiden Filipina Minta Panitia SEA Games Gratiskan Tiket Pertandingan

Kerasnya sikap Duterte dalam hal pemberantasan narkoba juga dikecam politisi lain. "Percobaan pembunuhan harus dihentikan bahkan saat kita juga menuntut penghentian penyebaran obat-obatan terlarang," kata Renato Reyes, Sekretaris Jenderal Gerakan Bayan (Nation) sayap kiri. "Solusi jangka panjang dan menyeluruh diperlukan. Solusi fasis pasti gagal," ujarnya menambahkan.

Reyes mendesak warga Filipina untuk mengikuti demonstrasi yang diselenggarakan oleh sekelompok seniman di Quezon City, mengatakan dalam sebuah selebaran di media sosial: "Marilah kita mengutuk lonjakan baru-baru ini dalam pembunuhan di bawah rezim Duterte."

Polisi mengatakan bahwa tidak ada instruksi dari pejabat tinggi untuk meningkatkan operasi anti-narkoba mereka dan mereka hanya melakukan tugas mereka.

"Presiden tidak menginstruksikan saya untuk membunuh dan membunuh," kata Kepala Polisi Nasional Ronald dela Rosa pada hari Kamis, 17 Agustus 2017. "Saya juga tidak memiliki instruksi kepada orang-orang saya untuk membunuh dan membunuh Tapi instruksi yang datang dari presiden sangat jelas bahwa perang melawan narkoba tidak ada habisnya, mereka yang terbunuh telah dilawan kembali," ujarnya menambahkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya