Sumber :
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews
- Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung, mengevaluasi kepemimpinan Aburizal Bakrie (ARB). Menurutnya, secara kuantitatif memang terjadi penurunan perolehan suara dan kursi partai itu di Parlemen dalam Pemilu tahun 2014.
“Secara kuantitatif dari segi perolehan suara kita, tidak sesuai dengan yang menjadi harapan kita,” kata Akbar dalam pidatonya di forum Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, Selasa, 2 Desember 2014.
“Secara kuantitatif dari segi perolehan suara kita, tidak sesuai dengan yang menjadi harapan kita,” kata Akbar dalam pidatonya di forum Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, Selasa, 2 Desember 2014.
Tapi, kata Akbar, secara ukuran kualitatif, Golkar di bawah kepemimpinan ARB makin diapresiasi dan dihormati. Itu karena, di antaranya, peran sentral Golkar memimpin dan mengonsolidasikan partai politik di Koalisi Merah Putih (KMP) setelah Pemilu.
Dia menilai, itu adalah salah satu prestasi kepemimpinan ARB. “Saudara Aburizal Bakrie telah berhasil memimpin Partai Golkar.” Maka, katanya, tak salah jika seluruh peserta Munas mengapresiasinya dengan menerima Laporan Pertanggungjawaban ARB sebagai Ketua Umum periode 2009-2015.
Duet
Dalam kesempatan itu, Akbar juga menyatakan kesediaan untuk kembali berduet dengan ARB di pimpinan pusat Golkar periode 2014-2019. Akbar sebagai Ketua Dewan Pertimbangan dan ARB sebagai Ketua Umum.
“Dengan mengucapkan bismillahi rahman rahim, demi kemenangan, demi kemajuan, demi kejayaan Partai Golkar, saya siap bersama-sama dengan Saudara Aburizal Bakrie untuk periode 2014-2019,” kata Akbar, yang segera disambut tepuk tangan riuh hadirin Munas.
“Saya akan bersama-sama dengan Saudara Aburizal Bakrie mengemban misi lima tahun mendatang mempersiapkan kader-kader kita yang muda-muda, junior-junior kami,” Akbar menambahkan.
Baca berita lain:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Tapi, kata Akbar, secara ukuran kualitatif, Golkar di bawah kepemimpinan ARB makin diapresiasi dan dihormati. Itu karena, di antaranya, peran sentral Golkar memimpin dan mengonsolidasikan partai politik di Koalisi Merah Putih (KMP) setelah Pemilu.